"Aih, aku harus bagaimana nih?" Ttng membatin.

Insting karatannya berkelakar, menyampaikan padanya bahwa saat ini sedang terjadi sesuatu. Sebuah perihal sebab-akibat yang membuatnya sedikit bingung, dan selebihnya adalah senang.

Wanita molek yang sejak tadi hanya melenggok di hadapannya sambil memilah-milah mi instan. Kini telah terduduk di paha Ttng. Tercium aroma sengit parfum menusuk hidung Ttng- kemungkinan merek murahan (Narator: Maaf saya jadi ikut berkomentar). Wanita itu nampak ketakutan melihat segerombolan bocah-bocah menenteng badik dan parang melintas sambil berteriak menantang di depan kedai tempat Ttng mengisi perut.

Walaupun ia tidak punya sangkaan ala penyidik kepolisian tentang siapa yang di tantang anak-anak bau kencur tersebut, ia mendukung dengan tulus tingkah meresahkan para ABG itu.
"Yang pasti mereka harus membuat keadaan lebih mencekam lagi". Ttng asik bercengkerama dengan pikirannya (Narator: Dasar karakter kirik! ajak saya ngobrol lah).
Ia berharap bocah-bocah itu mempunyai stok nyali dan stamina yang cukup agar kekacauan tidak cepat sirna.

Ia bahagia, sebab replika Hawa yang sedang ada di pangkuannya ini, memang mahluk yang klop dengan penggambaran di dalam stereotip khas area tongkrongan laknat. Berhati lemah terhadap kekerasan, sehingga membutuhkan perlindungan laki-laki.

Komentar