Berdiri! ubun-ubun terserempet bohlam, ia pegang ? ?
Tawa manisnya menghilang bersama gemuruh wabah kehinaan yang sulit di lerai, "Ayah! hari sudah larut."
Kini wajah tak seubah dengan serpihan retak di tembok. "Iya nak, ayah tahu. Apa kamu ingin korma? anak ku?"
Menuruni tangga. tangan-nya membelai pegangan tangga. kaki tiba ? ?
Torehan kepalsuan berselewiran bersama amis-nya luka. "Mau yah."
Berhinggapan-lah lalat-lalat di jantung yang terbelah oleh pusaran nafsu menjungkalkan musuh. "ini!"
Belum dan tidak ingin beranjak dari kasur tipis, "yah, aku tidak sengaja menelan bijinya."
Matanya bergerak sejalan melajunya ? ?
Bayang ragu tak ada lagi berkunjung. "yah, aku ingin muntah."
Seumpama manusia buatan. "Keluarkan nak, jangan kau tahan!"
Tinggal jasad dengan balutan daging. "yah, kenapa begini. muntahan ku tertahan. ywah<yah>iwchnwi <ini>ookhon<pohon->twgmugh<tumbuh>daghrwi<dari>pghrwugt<perutuagh>."
"blurbrbrb" tersisa lingkaran skenario anti-plot "blurbrbrb".
Komentar
Posting Komentar