Ia bersila di atas kursi yang besi rangkanya dicat warna putih. kekhusyukan-nya hampir menyerupai para biksu yang tengah bermeditasi.

Namun, gambaran sebenarnya tentang si lakon; otaknya sedang buntu merenungi siasat penyelesaian pekerjaan kantor yang telah jatuh tempo.

Hening

Tanda-tanda kekalutan segera terlihat. Dimulai saat kakinya yang mulai terasa kesemutan hendak dinaikan ke meja guna mengiringi punggung yang sudah terlanjur bersandar, tapi kakinya malah membentur monitor komputer. Di saat bersamaan pikirannya malah menerawang jauh ke sebuah foto hitam putih seorang anggota Hitlerjugend berlari mengangkat tangan. Ia lihat dari buku yang kebetulan plastik pembungkus-nya terbuka sewaktu ia mengunjungi toko buku ternama di daerah Matraman. Ingatan yang sudah berumur puluhan tahun memang kadang sering mampir.

Henry Darger membuat manuskrip 15.000 halaman; terinspirasi oleh foto gadis kecil korban penculikan tragis, sementara ia masih terpaku oleh tugas yang sampai kemarin hanya dianggapnya sebagai hal tidak menantang.

Hasil akhir cerita ini bisa ditebak.

Si lakon muak.

Ia libas keyboard dengan keras ke lantai, menyebabkan tombol-tombol keyboard jumpalitan dari casis-nya. Terjadilah hal yang mungkin bisa dijelaskan menggunakan rumus probabilitas. beberapa tombol huruf pada keyboard yang terpelanting menempel di wajah tirusnya. Huruf A,H,M,U,J.

Tangannya merangsek ke wajah menyapu tombol-tombol itu. di telapak tangannya. Huruf-huruf tersebut menjadi sebuah kata.

                                                                                                                                                   

Komentar