Tiada habisnya
Tiada hentinya
Melayang
Sehingga hujan turun
Mengecewakan

     Sepenggal lirik lagu Iwan Fals mengepul kepada ruagan kosong berkafan kesunyian malam. Paker duduk di jendela walau giginya tidak tinggal dua.
  
     Paker mengamati bintang, dan berharap ada bintang jatuh. Ia ingin membuat harapan. Ia tahu itu hanya omong kosong, namun situasi yang tanpa harapan membuatnya iseng; ia mendengarkan omong kosong.

     Tetiba saja ada bintang jatuh, tetapi jatuhnya ke arah Paker. Semakin lama semakin dekat. Ketika jarak antara Paker dan bintang jatuh itu hanya se-meter, Nampak jelas se-sosok wajah dan se-onggok badan. Wajah yang penuh lubang, warnanya merah hitam, campuran darah kering dan segar, beserta koreng. Tangannya mencengkram wajah, ia panik.

“Beraninya kau mengharapkan bintang jatuh, lalu se-enaknya membuat harapan-harapan yang tak mungkin terkabul!” Si sosok tak jelas itu berteriak-teriak.

“Dasar berengsek! ‘Mereka’ jadi melemparku ke sini", omelannya masih berlanjut.

“Tempatku di langit sana”, mulutnya lupa dipasangi rambu berhenti.

     Si sosok menangis tersedu-sedu, isakan tangisnya menyamai akting Lulu Tobing di sinetron Tersanjung.

Komentar